Ki :Selamat pagi buu
Ko :Iya selamat pagi. Silakan duduk pras,
emmm ada yang bisa saya bantu,
Ki :Iya bu, terima kasih. Saya punya
sedikit masalah bu,
Ko :Ohh
jadi begitu, disini saya mempunyai waktu 30menit ya pras,
Ki :Baiklah bu,
Ko :Bisa
pras ceritakan apa yang membuat pras menjadi gelisah seperti itu?
Ki :Jadi begini bu, akhir-akhir
ini ayah dan ibu saya sering bertengkar, semenjak ayah pindah ketempat kerja
yang baru. baru-baru ini ibu juga mengetahui bahwa ayah selingkuh. Saya sangat
sedih dengan kondisi ibu yang semakin sedih.
Ko :Saya merasakan apa yang pras rasakan,
bagaimana ibu pras tahu bahwa ayah selingkuh?
Ki :iya bu, ibu tahu karena ibu pernah
membaca SMS yang tidak wajar dari teman kerja ayah, Nah semenjak itu ibu sering
marah-marah dan akhirnya bertengkar dengan ayah, saya kasihan dengan ibu.
Ko :Oh begitu ya, emm tadi pras bilang bahwa
ibu pernah membaca SMS di Handphone ayah, bisa pras ceritakan seperti apa SMS
yang ibu pras baca?
Ki :Saya kurang tahu bu, karena ibu tidak
memperlihatkan. Tetapi ibu sering di buat marah gara-gara sms di handphone
ayah.
Ko :Oo, jadi pras tidak tahu ya, emmm tidak
ada hal lain yang membuat ibu pras marah-marah selain karena SMS?
Ki :Iya, ada bu.
Ko :Bisa pras ceritakan hal apa yang membuat
ibu marah-marah?
Ki :Baiklah. Ayah saya sering sekali pulang
malam, dan dia sangat sibuk. Jarang bisa kumpul-kumpul ataupun makan bersama
keluarga. Padahal sebelumnya, sebelum Ayah pindah bekerja, Ayah tidak pernah
sibuk, apalagi sampai pulang malam. Hal itu yang menambah keyakinan Ibu saya
kalau Ayah benar selingkuh.
Ko :Apakah tuduhan Ibu pras tersebut sudah
pernah dibicarakan dengan Ayah Anda? Lalu bagaimana tanggapan Ayah Anda?
Ki :Sudah Bu, tapi Ayah santai saja
tanggapannya. Dia bilang tuduhan Ibu itu salah. Soal SMS, itu hanya SMS dari
rekan kerjanya yang menanyakan tentang pekerjaan. Terus, kalau sering pulang
malam, itu memang karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Tapi Ibu
saya tidak percaya dengan penjelasan Ayah saya tersebut. Ibu bilang, itu semua
hanya alasan Ayah saja.
Ko :Apakah Ibu pras tidak mencari bukti lain
untuk memperkuat tuduhannya tersebut? Atau mungkin Anda sendiri yang mencari
bukti itu?
Ki :Iya Bu. Pernah suatu malam ketika Ibu
saya sudah tidur, saya pernah memergoki Ayah menelpon seseorang. Awalnya saya
pikir Ayah sedang menelpon om saya, saudara sekaligus teman kerja ayah. Karena
biasanya yang sering ditelpon Ayah tentang pekerjaan adalah Om. Tapi kok kali
ini ada yang lain. Sekilas terdengar suara wanita di suara handphone
tersebut. Memang waktu Ayah saya sedang menelpon tidak di speaker, tapi
karena waktu itu sudah cukup malam, jadi sedikit terdengar suara wanita itu,
walaupun tidak terlalu jelas.
Ko :Lalu, apa yang pras dengar dari
pembicaraan itu?
Ki :Saya mendengar ada percakapan tidak
wajar antara Ayah dengan wanita itu.
Ko :Percakapan tidak wajar?
Ki :iya, Bu.
Ko :Lalu.....
Ki :Mereka membuat janji, Bu.
Ko :Janji? Bisa pras lebih perjelas lagi,
janji seperti apa yang mereka buat?
Ki :Mereka membuat janji ketemuan dan
jalan. Tapi saya tidak begitu tahu dimana mereka akan ketemuan. Yang jelas
besok mereka akan ketemuan.
Ko :Terus?
Ki :Dan benar, ketika pagi harinya,
pagi-pagi sekali Ayah saya sudah bersiap-siap. Ketika ditanya Ibu, katanya hari
ini banyak kerjaan. Jadi harus berangkat cepat.
Ko :Apakah pras diam saja? Tidak terpikirkah
oleh pras untuk mengikuti perginya Ayah Anda tersebut?
Ki :Yang pasti ada Bu, tapi keadaan tidak
mendukung. Saya urungkan niat saya tersebut. Saya hanya memantau perkembangan
keadaan selanjutnya.
Ko :Lalu...... bagaimana selanjutnya?
Ki :Hari itu Ayah saya pulang malam, saya
sangat yakin kalau memang Ayah saya ketemuan dengan wanita tersebut.
Ko :Apakah Anda tahu, siapa wanita itu?
Ki :Wanita itu adalah teman kerja ayah
ditempat bekerja ayah yang baru.Nah, yang jadi masalah, bagaimana Saya bisa
membuat Ayah Saya mengakui perbuatannya kalau memang benar dia selingkuh.
Kalaupun tidak selingkuh, setidaknya dia sadar kalau perbuatannya itu salah dan
tidak pantas dia lakukan mengingat
statusnya sudah berkeluarga. Tidak pantaslah dia ketemuan dengan wanita seperti
itu. Lalu, apa yang harus saya lakukan Bu? Pernah terpikir untuk menegur Ayah.
Ko :Jadi setelah kita berdiskusi beberapa
waktu, alangkah baiknya jika kita simpulkan terlebih dahulu pembicaraan kita,
biar lebih jelas hasil pembicaraan kita ini. Dari topik pembicaraan kita tadi,
kita sudah sampai pada dua hal. Pertama, Pras ingin benar-benar memastikan
apakah Ayah Anda selingkuh atau tidak, sekaligus untuk mencari bukti atas
tuduhan Ibu Anda selama ini. Kedua, Anda ingin mengingatkan kalau perbuatan
Ayah Anda itu salah dan tidak pantas dilakukan, tapi Anda belum ada keberanian
untuk mengatakannya. Nah, apa yang membuat Anda takut untuk menyampaikan hal
itu kepada Ayah Anda?”
Ki :Takut Ayah marah.
Ko :Kenapa harus takut. Lalu, apakah Anda
terus akan membiarkan Ayah Anda seperti itu?
Ki :Tidaklah Bu, saya pasti akan
mengingatkan Ayah. Tapi saya harus mencari waktu yang tepat untuk membicarakan
semuanya.”
Ko :Bagus, saya setuju dengan pras.
Ki :Tapi Bu, bagaimana kalau Ayah saya
marah ketika saya mengingatkannya?
Ko :Itu semua tergantung pada Anda.
Gunakanlah kata-kata yang sopan dan halus! Jangan sampai memancing emosinya!Ingatkan
pelan-pelan, jangan seperti menggurui! Tetap hargai pendapatnya, jangan
dibantah!
Ki :Iya, Bu, saya akan mencobanya.
Ko :Baiklah kalau begitu. Dari pembicaraan
kita awal hingga sekarang, kita bisa menyimpulkan bahwa, mulai sekarang Anda
tidak akan takut lagi untuk mengingatkan kepada Ayah Anda kalau perbuatannya
itu salah. Lalu, Anda akan mencoba berbicara kepada Ayah Anda untuk
mengingatkan kekeliruannya tersebut. Benar begitu kan?
Ki :Benar sekali bu, terima kasih bu. Saya
merasa ada solusi untuk masalah saya ini
Ko :Iya, sama-sama. Bukan saya yang memberi
solusi, tapi pras sendiri. Anda hebat! Saya salut dengan Anda. Karena Anda yang
semuda ini sudah bisa berpikir dewasa dalam menghadapi masalah. Semoga dapat
cepat selesai ya masalahnya!
Ki :Oya Bu, bagaimana kalau kita adakan
pertemuan lagi setelah saya berbicara dengan Ayah, Bu?
Ko :Ooh, tentu saja boleh kalau memang Anda
maunya seperti itu.
Ki :iya, Bu. Sekali lagi terimakasih.
Baiklah, saya pamit dulu.
Ko :iya sama-sama